Sayangnya berita ini tampaknya berubah saat ada pesan berantai yang beredar di kalangan ibu-ibu. Dari pengamatan tim Duniaku, pesan berantai yang menceritakan mengenai bunuh diri ini menuliskan bahwa manga atau kartun sadis dari Jepang yang mengakibatkan kematian pelajar sekolah menengah pertama ini. Pesan ini ditutup dengan kata-kata bahwa pendapat tersebut dari pakar psikologi anak. Mungkin citizen juga menjadi salah satu yang membaca pesan berantai ini? Berikut pesan tersebut.
Saya baru sj melayat anaknya teman sy…Umurnya 14thn
Bunuh diri
Gantung diri…
Di dalam lemarinyaSaya ingin share ke saudara2…
Ini wake up call to all parents n teachers n everybody…Salah satu penyebab…
Dia suicide…
Anak tsb ternyata penggemar kartun sadis jepang…Manga?
Bahkan anak2 skrg bikin group Manga tsbSaya baru tau…
Dan merinding…
Bhw kartun2 itu mengajarkan ….bhw mati itu menemukan kedamaian…peaceful dsb
Dan kartun2 itu (ada games) nya jg….ngajarin how to suicide slow n peaceful…Sedih banget…
Byk ortu yg gak ngeh…
Bhw nonton kartun tsb/gamesnya mencuci otak anak2 berumur tanggung…Dengan adanya kejadian ini, td seluruh ibu2 dlm sekolah itu jd heboh
Baru sadar…bhw mrk asik dgn internet dsb itu sgt membahayakan…Teman sy betul2 kecolongan…
Grup Manga ini katanya tdk hanya boys…but girls too….Semoga…
Kita bisa share ke bbrp teman kita…Untuk lbh mendalami lg
Kartun/games apa yg ditonton anak2 kita evryday by internet…Dan jgn ksh kamar anak kita, kunci or slot…
Spy ortu bs terus pantau anak2 ngapain saja didlm kamar….Ngeri banget…
Jahatnya kartun2 Manga itu…mempengaruhi pikiran anak2….Katanya di amrik sdh dilarang….
Krn byk anak2 terbuai..
Dan bunuh diri mencari death peace tsb…
Dari **** **** pendidikan (psikolog anak)
Lantas saya sendiri sebagai salah satu penikmat manga Jepang terheran-heran. Mengapa ada perbedaan sangat jauh antara pesan berantai ini dengan berita yang saya tautkan di awal paragraf. Apakah ini akibat judul yang sedikit menjebak, “Bunuh Diri, Rangga Ingin Seperti Harry Potter”, sehingga menimbulkan kesan bahwa bunuh diri korban akibat kisah fiktif tersebut. Namun kenapa bisa berbelok menjadi manga yang disalahkan?
Uniknya ternyata alasan sebenarnya meninggalnya korban ini sudah dituliskan dalam berita disitus yang sama namun dengan waktu lebih awal, yakni Rabu 14 Januari 15.30. Entah mungkin ada kesalahan di situs tersebut. Tetapi di situ dijelaskan bahwa korban terpisah dari kedua orangtuanya yang telah berpisah semenjak lama dan ia kini tinggal dengan nenek dan tantenya, disitus itu tertulis Leni. Namun di situs ini menyimpulkan dari pendapat warga sekitar bahwa ia kekurangan kasih sayang, neneknya sudah tua dan sang tante sibuk dengan keluarganya. Namun di situs ini tantenya dituliskan bernama Wiwin Dwi Winanto. Di sini sudah terjadi ketidakjelasan berita lagi. Namun bisa diambil kesimpulan bahwa manga bukanlah yang menjadi masalah di sini.
Kenapa demikian? Pesan berantai tersebut mungkin korban ketidakjelasan berita. Karena sudah melewati banyak mulut, akhirnya ada sedikit kesalahan konten. Bahkan pesan tersebut juga telah dibantah oleh salah satu ahli psikologi anak Elly Risman. Dari sumber yang diperoleh tim Duniaku, akibat dari kasus bunuh diri kebanyakan adalah karena orangtuanya. Berikut tulisannya:
Psikolog anak, jwbn atas kasus bunuh diri, Elly.R.
fwd Ibu Elly Risman: Bukan kartunnya yg kejam!. Banyak org tua gak sadar betapa kejamnya mereka terhadap jiwa anaknya sendiri. Kasus2 yg kami hadapi di YKBH menunjukkan. Banyak dan besarnya tendensi anak anaak mau bunuh diri krn merasa : tdk berharga, menyesal kenapa dilahirkan, terperangkap seprti dlm selimut tebal, ingin keluar rumaah ditabrak truk tapi mati dlm keadaan kurus dan cantik dan sejuta alasan lainnya. Mereka berusia 10-14 tahun. Sebabnya ? Kurang perhatian dan kasih sayang, ortu mau menang sendiri, anak2 tak pernah didengarkan, menuntut anak menjalani pikirannya dan memenuhi impiannya,menyalahkan terus menerus,mencap di wajah jiwanya, tak sempat mendengarkan perasan anak. Di keluarga hanya ada 2 aturan:aturan 1 : hanya org tua yg benar. Aturan ke 2: Bila ortu salah, balik ke Aturan pertama. Semua ini sdh saya angkat dlm siaran radio Parenting bersama Elly Risman di Smart FM 95.9 dgn menghadirkan seorang anak berusia 16 th yg juga mau bunuh diri. Thema siaran parenting tsb : DEMOTIVATED! Sekarang masalah ini epidemic. Manga, games dan lagu2 yg mendorong anak bunuh diri hanyalah menyajikan cara : mempercepat terwujudnya keinginan. Kl anda ortu : bercerminlah. Ayah atau ibu bagaimanakah saya ini. Jgn pake lagi itu cara lama: anak jatuh kucing yg ditimpuk! Rangga jelas ortunya bercerai, kasus2 yg saya ceritakan diatas, punya ke dua org tua semua.. Org hebat2 dari segi jabatan, karir , kepemilikan.. Tapi hanya itu obsesi mereka. Ternyata mereka adalah org tua SUBKONTRAKTOR! Yg mendelegasikan pendidikan anak2nya ke mbak. Utk anak2 spt yg testimoni di siaran radio sy yg lalu itu mbak itulah ibu sejati, ibu kandungnya adalah mesin ATM. Its about time you have to look in! Anak anak kita kebanyakan adalah mereka yg berayah ada berayah tiada, ber ibu ada beribu tiada.
Di sini sang psikolog menjelaskan bahwa sebenarnya kasus bunuh diri yang terjadi di anak-anak itu berkat kurangnya perhatian dan kasih sayang dan banyak alasan lainnya. Ia menambahkan bahwa manga, games, dan lagu-lagu hanya menyajikan cara agar keinginan terwujud lebih cepat. Jelas di sini ia menekankan bahwa orang tua yang patut sadar akan kondisi anak-anaknya. Yang saya herankan itu mengapa dari Harry Potter bisa berbelok ke manga Jepang. Bahkan hal ini menyebabkan banyak yang bertanya-tanya, apakah benar manga Jepang itu bisa membuat orang bunuh diri. Dari yang saya telusuri di internet, saya baru menemukan satu kasus bunuh diri yang berhubungan dengan manga. Anak laki-laki di Rusia bunuh diri setelah karakter favoritnya di serial Naruto, Itachi Uchiha, mati. Berita yang dimuat di tahun 2012 tersebut juga mengatakan bahwa di Rusia rata-rata tiap hari, pada masa itu, lima remaja berumur dibawah 20 tahun bunuh diri. Psikiater dan ahli kesehatan di Rusia setuju bahwa perilaku bunuh diri tersebut akibat dari alkohol, kekerasan, peraturan yang kaku, dan ekspektasi yang terlanjur tinggi dari orangtua disana. Lagi-lagi orangtua juga disalahkan disini. Saya menjadi penasaran, kalau memang manga Jepang bisa mengakibatkan bunuh diri, seharusnya Jepang memiliki kasus bunuh diri yang banyak. Namun melalui daftar ini, ternyata Jepang bahkan jauh dibawah Greenland, Lithuania, dan Korea Selatan. Rata-rata kasus bunuh diri di Jepang yakni 21,4 orang tiap 100,000 orang tiap tahun, jauh dibawah Greenland yang 83 orang.
Ketika saya telusuri lebih lanjut, menurut di sini ternyata bunuh diri memang penyebab pertama kematian di orang-orang berumur antara 15-34 tahun. Namun dijelaskan di situs yang sama, penyebab bunuh diri ini kebanyakan diakibatkan karena hal-hal yang umum, seperti kesehatan, hutang, bangkrut, kesulitan finansial, perceraian, hingga patah hati. Ini membuktikan bahwa manga Jepang bukanlah penyebab banyak kasus bunuh diri disana. Tren di sana juga membuktikan bahwa selalu terjadi penurunan kasus bunuh diri tiap tahunnya.
Lalu kenapa harus takut dengan pengaruh manga Jepang? Yang harus dilakukan sekarang tentu saja peran orangtua sebagai pengawas kegiatan anak. Setiap kegiatan hobi atau apapun itu sudah seharusnya orangtua hadir sebagai pengawas agar tidak berlebihan dan konten yang dikonsumsi juga aman bagi perkembangan anak-anak. Manga, video game [baca: Ternyata Konsol Game Ini Bisa Buat Nonton Porno!], musik, dan film, semua punya sisi positif dan negatifnya. Perlu orangtua dalam menghadapi hal-hal tersebut. Kita tidak inginkan kalau anak-anak ketagihan internet seperti di Tiongkok? [baca: Inilah Nasib Anak-anak Korban Kecanduan Game Online! ] Semua kembali ke orangtua. Peran orangtua adalah yang terpenting.+
0 komentar:
Posting Komentar